Seorang pemuda
yang sedang jatuh
cinta berusaha selama berbulan-bulan untuk mengambil hati pujaannya, namun gagal. Ia
merasa sakit hati karena
ditolak. Namun akhirnya
si jantung-hati menyerah. 'Datanglah
di tempat anu pada jam anu,'
katanya.
Pada waktu dan di tempat anu tersebut, akhirnya
si pemuda sungguh jadi
duduk bersanding dengan jantung-hatinya. Lalu ia merogoh saku dan
mengeluarkan seberkas surat-surat cinta, yang telah ia tulis selama
berbulan-bulan, sejak ia mengenal si jantung-hati. Surat-surat itu
penuh kata-kata asmara, mengungkapkan kerinduan
hatinya dan hasratnya yang membara untuk mengalami kebahagiaan karena
dipersatukan dalam cinta. Ia mulai membacakan
semua suratnya itu
untuk jantung
hatinya.
Berjam-jam telah lewat, namun ia masih
juga terus membaca.
Akhirnya
si jantung hati berkata:
'Betapa bodoh
kau! Semua suratmu
hanya tentang aku dan rindumu padaku.
Sekarang aku disini,
bahkan duduk disampingmu. Dan
kamu masih juga membacakan
surat-suratmu yang membosankan itu!'
'Inilah aku,
duduk di sampingmu,'
sabda Tuhan kepada penyembahnya, 'dan engkau masih juga berpikir-pikir tentang Aku
di dalam benakmu, berbicara tentang Aku dengan
mulutmu, dan membaca tentang Aku dalam buku-bukumu. Kapankah
engkau akan diam dan mulai menghayati kehadiranKu?'
Sumber :
(Burung
Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan
Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,
1994)