Sunday, November 27, 2011

KIOS KEBENARAN


Ketika aku melihat papan nama pada kios  itu,  hampir-hampir aku  tidak  percaya  pada  apa  yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran di sana!  
Gadis penjaga kios bertanya  dengan  amat  sopan:  kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran? Tentu saja seluruh  kebenaran!  Aku  tidak  perlu menipu  diri,  mengadakan  pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang,  terbuka,  penuh dan  utuh.  Ia  memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.  
Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan  dan  menunjuk  kepada  daftar harga. 'Harganya amat tinggi Tuan,'  katanya.  'Berapa?'  tanyaku  mantap,  karena ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya. 'Kalau Tuan membelinya,' katanya.  'Tuan  akan  membayarnya  dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup Tuan.'
Aku  keluar  dari  kios  itu  dengan rasa sedih. Aku mengira bahwa aku dapat memperoleh seluruh  kebenaran  dengan  harga murah.    Aku   masih   belum   siap   menerima   kebenaran. Kadang-kadang aku  mendambakan  damai  dan  ketenangan.  Aku masih   perlu   sedikit   menipu  diri  dengan  membela  dan membenarkan  diri.  Aku  masih  ingin  berlindung  di  balik kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan.

Sumber :
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan  Cipta  Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)