Ketika aku melihat papan nama pada kios itu,
hampir-hampir aku tidak percaya
pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual
kebenaran di sana!
Gadis penjaga kios bertanya
dengan amat sopan:
kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran?
Tentu saja seluruh kebenaran! Aku
tidak perlu menipu diri,
mengadakan pembelaan diri atau
rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka,
penuh dan utuh. Ia
memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang
menjual kebenaran yang utuh.
Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan dan
menunjuk kepada daftar harga. 'Harganya amat tinggi
Tuan,' katanya. 'Berapa?'
tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh kebenaran,
berapapun harganya. 'Kalau Tuan membelinya,' katanya. 'Tuan
akan membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam
seluruh sisa hidup Tuan.'
Aku keluar dari
kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira bahwa aku
dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan
harga murah. Aku masih
belum siap menerima
kebenaran. Kadang-kadang aku
mendambakan damai dan
ketenangan. Aku masih perlu
sedikit menipu diri
dengan membela dan membenarkan diri.
Aku masih ingin
berlindung di balik kepercayaan-kepercayaanku yang tak
boleh dipertanyakan.
Sumber :
(Burung
Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan
Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,
1994)