Setiap kali guru siap untuk melakukan ibadat malam,
kucing asrama mengeong-ngeong, sehingga
mengganggu orang yang sedang
berdoa. Maka ia
menyuruh supaya kucing itu diikat selama ibadat malam.
Lama sesudah guru meninggal, kucing itu masih tetap
diikat selama ibadat malam. Dan
setelah kucing itu mati, dibawalah kucing baru ke asrama, untuk dapat diikat
sebagaimana biasa terjadi selama ibadat
malam.
Berabad-abad
kemudian kitab-kitab tafsir
penuh dengan tulisan ilmiah
murid-murid sang guru,
mengenai peranan penting seekor
kucing dalam ibadat yang diatur sebagaimana mestinya.
Sumber :
(Burung
Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan
Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,
1994)