Tatkala suasana politik bukan alang-kepalang hangat dan
tajamnya, lahirlah di Roma seorang militer dan politikus Romawi yang masyhur,
Gaius Julius Caesar, tahun 100 SM.
Di abad kedua sebelum Masehi, sesudah kemenangannya menundukkan
Cartago dalam Perang Punik kedua, orang-orang Romawi sudah berhasil mendirikan
kekaisaran yang luas. Penaklukan ini membikin mereka punya harta melimpah.
Tetapi, peperangan membikin keadaan sosial ekonomi porak poranda dan banyak
petani terusir dari sawah ladangnya. Senat Romawi, yang asalnya semacam dewan
kota kecil, terbukti tak mampu mengatur negeri yang sudah begitu melebar secara
efisien. Korupsi politik merajalela dan seluruh daerah Laut Tengah menderita
sangat akibat ketidakbecusan pemerintah Romawi. Di Roma sendiri, bermula pada
tahun 133 SM, sudah terjadi kekacaubalauan dalam masa yang cukup lama.
Politisi, para jendral dan para demagog saling bergulat merebut kursi kekuasaan
dan pasukan pemberontak (seperti yang dipimpin Marius tahun 87 SM dan yang
dipimpin Sulla tahun 82 SM) bergerak langsung ke jantung Roma. Kendati
kebrengsekan pemerintahan sudah jelas-jelas bagi setiap orang, umumnya rakyat
Romawi masih tetap ingin mempertahankan sistem pemerintahan republik. Julius
Caesar mungkin pemimpin politik penting pertama yang dengan gamblang melihat
bahwa pemerintahan demokratis di Roma tak ada faedahnya dipertahankan, dan
memang sesungguhnya sudah lama tak ada bawa faedah.
Caesar sendiri berasal-usul keluarga bangsawan lama. Dia
peroleh pendidikan baik dan sebagai anak muda dia sudah menceburkan diri ke
dunia politik. Pelbagai jabatan yang pernah dipegangnya, pertumbuhan karier
politiknya yang mengesankan, hubungan persekutuan yang pernah dibuatnya, secara
detail tidak akan dijabarkan di sini. Tetapi, tahun 58 SM ketika usianya
menginjak empat puluh dua Julius Caesar ditunjuk sebagai gubernur yang
membawahi tiga propinsi di bawah Roma: Cisalpine Gaul (bagian utara Itali);
Illyricum (daerah pantai Yugoslavia kini); dan Narbanese Gaul (pantai Perancis
sekarang). Di bawah komandannya saat itu ada empat pasukan Romawi yang
beranggotakan 20.000 tentara.
Selama tahun-tahun antara 58-51 SM, Caesar menggunakan
pasukan itu menyerbu dan menaklukkan sisa daerah Gaul, daerah yang kira-kira
terdiri dari Perancis dan Belgia kini, berikut bagian-bagian dari Swiss,
Jerman, dan Negeri Belanda. Meskipun jumlah pasukannya teramatlah sedikit, dia
berhasil memukul orang-orang Gallik dan sekaligus memperluas daerah kekuasaan
Romawi hingga menyentuh Sungai Rhine. Dia juga mengirimkan dua ekspedisi ke
Inggris, tetapi tidak berhasil menaklukkan secara permanen.
Penaklukan Gaul membuat Caesar --yang memang sudah menjadi
pemuka politik-- seorang pahlawan tatkala kembali ke Roma. Dan di mata
lawan-lawan politiknya malahan terlampau populer dan terlampau kuat. Ketika
kendali komando militernya berakhir, dia diperintahkan oleh Senat Romawi
kembali ke Roma dan menjadi penduduk biasa. Yang artinya tanpa punya pasukan
samasekali. Caesar khawatir, dan kekhawatiran ini beralasan, karena jika dia
kembali ke Roma tanpa pasukan, lawan-lawan politiknya akan menggunakan peluang
menghancurkannya. Oleh sebab itu, di malam tanggal 10-11 Januari 49 SM, dalam
perlawanan terbuka terhadap Senat, Caesar memimpin pasukannya menyeberangi
Sungai Rubicon di belahan utara Italia dan menuju Roma. Ini merupakan langkah
melanggar aturan dan tak lain daripada suatu pemula perang saudara antara
pasukan Caesar di satu pihak melawan pasukan yang setia kepada Senat di lain
pihak. Pertempuran berkecamuk tak kurang dari empat tahun lamanya yang akhirnya
dimenangkan oleh Caesar. Pertempuran penghabisan yang menentukan terjadi di
Munda, Spanyol, tanggal 7 Maret 45 SM.
Caesar berkesimpulan bahwa despotisme yang efisien yang
diperlukan Romawi hanyalah dia yang bisa melakukannya. Dia kembali ke Roma
bulan Oktober tahun 45 SM dan segera menjadi diktator seumur hidup. Di bulan
Februari 44 SM dia ditawari mahkota tetapi mentah-mentah ditolaknya. Meskipun
dia sudah jadi diktator militer, ini belum cukup meyakinkan secara mantap
lawan-lawan yang berhaluan republik. Tanggal 15 Maret 44 SM, Caesar terbunuh di
sidang Senat oleh tangan sebuah komplotan.
Di masa-masa akhir hayatnya, Caesar merancangkan pelbagai
program perbaikan. Dia merencanakan penempatan veteran tentara serta kaum
miskin penduduk Romawi di dalam suatu masyarakat baru di seluruh kekaisaran.
Dia pun memperluas kewarganegaraan Romawi dengan memberi kesempatan kepada
pelbagai golongan memasukinya. Dia merencanakan meletakkan dasar administrasi
seragam untuk seluruh pemerintahan kota-kota di seluruh negeri. Dan tak lupa
rencana pembangunan, serta kodifikasi hukum Romawi. Yang tidak berhasil
dilakukannya adalah menyusun sistem konstitusi yang memuaskan untuk pemerintah
Romawi. Dan inilah mungkin yang menjadi sebab utama kejatuhannya.
Karena selisih satu tahun antara kemenangan Caesar di Munda
dengan terbunuhnya dia di sidang Senat di Roma, banyak rencana-rencananya tak
sempat diterapkan. Karena itu sukar diperkirakan kesempurnaan pemerintahan yang
bagaimana yang akan bisa dinikmati andaikata Caesar dapat terus hidup. Dari
semua perbaikan-perbaikan, yang paling punya akibat lestari adalah
diperkenalkannya kalender baru. Kalender baru yang diperkenalkannya ini, dengan
sedikit penyempurnaan, tetap terpakai sejak itu.
Julius Caesar adalah salah seorang dari tokoh politik yang
punya daya kharisma dalam sejarah, melekat dalam dirinya pelbagai rupa bakat.
Dia seorang politikus yang sukses, seorang jendral yang brilian, seorang orator
yang mempesona, dan seorang penulis yang bagus. Buku yang ditulisnya (De bello
Gallico) melukiskan ihwal penaklukan Gaul, sudah lama dianggap sebagai karya
kesusasteraan klasik. Menurut pendapat banyak mahasiswa, buku itu paling mudah
dibaca dan paling menarik dari semua kesusasteraan klasik. Caesar berpembawaan
berani, penuh energi, dan ganteng. Tak salah dicatat, Caesar terkenal juga
seorang perayu ulung, seorang Don Yuan, bahkan menurut ukuran jamannya pun dia
termasuk jempolan. (Petualangan cintanya yang paling terkenal tentu saja
--romannya yang menggemparkan dengan Cleopatra).
Watak Caesar sering jadi sasaran kritik. Ambisinya terhadap
kekuasaan terlampau besar, dan dia memang betul-betul gunakan jabatannya untuk
perkaya diri. Tetapi, tak seperti umumnya politisi yang ambisius, dia tidaklah
licik dan plintat-plintut, dan tidak pula munafik. Caesar seorang keras dan
kejam tatkala memerangi Gaul. Di lain pihak, dia teramat ramah kepada
orang-orang Romawi penentangnya yang sudah dipatahkannya.
Ini merupakan petunjuk dari nama baik yang melekat pada
dirinya. Karena itu, baik gelar raja Jerman "Kaiser" maupun raja
Rusia "Czar", berasal dari nama Caesar. Dia senantiasa lebih masyhur
dari cucu kemenakannya Agustus Caesar, tokoh yang sesungguhnya pendiri
kekaisaran Romawi. Tetapi, pengaruh sesungguhnya Julius Caesar terhadap sejarah
tidaklah setara dengan ketenaran namanya. Memang betul, dia pegang peranan
penting dalam jatuhnya Republik Romawi. Tetapi arti penting ini tidaklah perlu
dilebih-lebihkan, karena republik itu sebetulnya sudah sempoyongan dengan
sendirinya.
Karya terpenting Caesar ialah penaklukannya atas Gaul.
Daerah yang ditaklukkannya tetap berada di bawah kekuasaan Romawi selama hampir
lima abad. Dalam jangka masa itu, semuanya "diromawikan." Hukumnya,
adat-istiadatnya, bahasanya, dan juga kekristenan Romawi. Bahasa Perancis
sekarang pada dasar pokoknya berasal-usul dari bahasa Latin masa itu.
Penaklukan Caesar atas Gaul juga pengaruh penting terhadap
Romawi sendiri, karena menyediakan pelindung buat Itali selama berabad-abad
dari serangan dari sebelah utara. Sesungguhnya penaklukan Gaul merupakan faktor
keamanan buat keseluruhan kekaisaran Romawi.
Apakah Romawi --cepat atau lambat-- mampu menaklukkan Gaul
tanpa Julius Caesar? Mereka tidak punya kelebihan teknologi atau kelebihan
jumlah daripada suku-suku Gaul. Tetapi di lain pihak, Romawi sudah meluaskan
daerahnya di masa sebelum Caesar menaklukkan Gaul, begitu pula sesudahnya.
Menilai keefektifan segi militer Romawi saat itu dan keretakan yang ada dalam
tubuh suku-suku Gallic, tampaknya memang kecil kemungkinan Gaul bisa bertahan
sebagai suatu bangsa merdeka. Namun, tidaklah disangsikan lagi Caesar merupakan
seorang jendral yang sesungguhnya sudah menaklukkan pasukan Celtic yang besar
dan menaklukkan Gaul. Dan tercantumnya dia di daftar buku ini adalah karena
terutama dari apa yang sudah dilakukannya itu.
Sumber
:
Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Michael H. Hart, 1978)
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982. Terbitan PT.
Dunia Pustaka Jaya