Sekali peristiwa. Tuhan
memperingatkan rakyat mengenai datangnya gempa
bumi, yang akan menghabiskan seluruh air yang ada di
negeri ini.
Air yang kemudian
datang mengganti, akan
membuat setiap orang menjadi
gila.
Hanya nabilah yang
menanggapi Tuhan dengan
serius, ia mengusung air banyak-banyak
ke guanya di gunung,
sehingga cukup kiranya sampai hari kematiannya.
Ternyata benar, gempa bumi sungguh terjadi. Air menghilang dan
air yang baru mengisi parit, danau, sungai serta kolam. Beberapa bulan
kemudian nabi turun ke lembah untuk melihat apa yang telah terjadi.
Memang, semua orang telah
menjadi gila. Mereka menyerang
dan tidak mempedulikannya. Mereka
semua yakin justru dialah yang sudah menjadi gila.
Maka nabi pulang ke guanya di gunung. Ia senang,
bahwa ia masih menyimpan
banyak air. Tetapi
lama-kelamaan ia merasakan
kesepian yang tak
tertahankan lagi. Ia
ingin sekali bergaul dengan
sesama manusia. Maka ia turun kebawah lagi. Sekali lagi ia diusir oleh orang
banyak, karena ia begitu berbeda dari mereka semua.
Nabi lalu mengambil
keputusan. Ia membuang seluruh air yang disimpannya, minum air baru dan
bergabung dengan orang-orang lainnya sehingga sama-sama menjadi gila.
Jika engkau mencari
kebenaran, engkau berjalan sendirian. Jalan ini terlalu sempit untuk
kawan seperjalanan. Siapakah yang dapat
tahan dalam kesendirian itu?
Sumber :
(Burung
Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan
Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,
1994)