Sunday, November 27, 2011

JALAN SEMPIT


Sekali  peristiwa.  Tuhan  memperingatkan  rakyat   mengenai datangnya  gempa  bumi,  yang  akan menghabiskan seluruh air yang ada di negeri ini.  
Air yang kemudian  datang  mengganti,  akan  membuat  setiap orang menjadi gila.  
Hanya  nabilah  yang  menanggapi  Tuhan  dengan  serius,  ia mengusung air banyak-banyak ke guanya  di  gunung,  sehingga cukup kiranya sampai hari kematiannya.  
Ternyata  benar,  gempa bumi sungguh terjadi. Air menghilang dan air yang baru mengisi parit, danau, sungai serta  kolam. Beberapa  bulan  kemudian nabi turun ke lembah untuk melihat apa yang telah terjadi. Memang, semua  orang  telah  menjadi gila.  Mereka  menyerang  dan  tidak mempedulikannya. Mereka semua yakin justru dialah yang sudah menjadi gila.  
Maka nabi pulang ke guanya di gunung. Ia  senang,  bahwa  ia masih   menyimpan   banyak   air.  Tetapi  lama-kelamaan  ia merasakan kesepian  yang  tak  tertahankan  lagi.  Ia  ingin sekali  bergaul dengan sesama manusia. Maka ia turun kebawah lagi. Sekali lagi ia diusir oleh  orang  banyak,  karena  ia begitu berbeda dari mereka semua.  
Nabi  lalu mengambil keputusan. Ia membuang seluruh air yang disimpannya, minum air baru dan bergabung dengan orang-orang lainnya sehingga sama-sama menjadi gila.  
Jika  engkau  mencari  kebenaran, engkau berjalan sendirian. Jalan ini terlalu sempit untuk kawan seperjalanan.  Siapakah yang dapat tahan dalam kesendirian itu?

Sumber :
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan  Cipta  Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)