Sunday, November 27, 2011

LIMA ORANG RAHIB


Permintaan yang mendesak dari Lama(1)  di  Selatan  sampai kepada  Lama  Agung  di Utara. Ia meminta seorang rahib vang bijak dan suci untuk  membimbing  hidup  rohani  para  calon rahib.  Setiap  orang    heran  bahwa Lama Agung mengirimkan sampai lima  orang.  Orang  yang  bertanya-tanya  dijawabnya demikian: 'Untung  jika  salah    satu   dari lima rahib itu akhirnya sampal kepada Lama di Selatan.'
Para rahib itu sudah  menempuh  perjalanan  selama  beberapa hari,  ketika  seorang  kurir  menghampiri  mereka. Katanya: 'Imam di desa kami meninggal.  Kami  membutuhkankan  seorang pengganti.'  Desa  itu rupanya makmur dan menarik; lagi pula penghidupan Imam amat terjamin. Salah seorang  rahib  merasa terdorong untuk menggembalakan umat. 'Aku bukan murid Buddha sejati,' katanya, 'kalau aku tidak  tinggal  di  sini  untuk melayani mereka.' Maka ia tidak melanjutkan perjalanannya.
Beberapa hari kemudian tibalah mereka di Istana seorang raja yang tertarik kepada  salah  seorang  rahib.  Tinggallah  di sini,'   kata   raja,  'dan  aku  akan  memberikan  puteriku kepadamu. Jika aku mati, engkaulah yang akan  mengganti  aku
menduduki  tahta  kerajaan.'  Hati  rahib tertarik pada sang puteri yang cantik dan  pada  tahta  kerajaan.  Ia  berkata: 'Apakah  ada  kesempatan  yang lebih baik untuk meningkatkan peri kehidupan rakyat di sini  daripada  menerima  kedudukan
raja? Aku bukan murid Buddha sejati kalau aku tidak menerima kesempatan ini untuk  mengabdi  agama.'  Ia  tidak  berjalan terus.  
Tiga orang yang masih sisa meneruskan perjalanan. Pada suatu malam, di  sebuah  daerah  pegunungan,  mereka  menginap  di sebuah gubuk yang hanya didiami oleh seorang gadis manis. Ia menerima mereka dengan ramah.  Ia  bersyukur  kepada  Tuhan, karena  Ia  telah  mempertemukannya  dengan  para rahib ini. Orangtua gadis itu dibunuh perampok dan ia tinggal sendirian penuh  ketakutan.  Di  pagi  harinya,  pada waktu mereka mau berangkat, seorang rahib berkata: 'Aku akan tinggal  bersama gadis  ini.  Aku  bukan  murid  Buddha  sejati,  kalau tidak berbelas-kasih pada sesama.' Ia orang ketiga yang berhenti.  
Dua orang sisanya  akhirnya  tiba  di  sebuah  kampung  kaum Buddha.   Mereka  terkejut  ketika  mengetahui  bahwa  semua penduduk  meninggalkan  agamanya  dan  kini  ada  di   bawah pengaruh  seorang  guru  Hindu.  Rahib yang seorang berkata: 'Demi umat yang  malang  ini  dan  demi  Buddha,  aku  harus tinggal  di  sini  dan  mengembalikan  mereka  ke jalan yang benar.' Dialah orang terakhir yang berhenti.
Rahib yang kelima akhirnya sampai di biara Lama di  Selatan. Nah, bagaimanapun juga, Lama Agung dari Utara memang benar.  
Beberapa   tahun  yang  lalu  aku  bertekad  mencari  Tuhan. Berkali-kali aku berhenti di jalan. Selalu  maksudku  sangat mulia:  untuk  memperbaharui  ibadah, untuk merombak susunan Gereja, untuk meningkatkan tafsir Kitab Suci, untuk  membuat teologi lebih berarti bagi orang jaman kita.  
Sayang,   lebih   mudah   menenggelamkan  diri  dalam  karya keagamaan, dalam karya  apa  pun,  daripada  bertahan  terus mencari Tuhan.
--------
[1] Lama: sebutan bagi bhiksu dan pendeta Buddha di Tibet

Sumber :
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan  Cipta  Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)