Guru Arab Jalalud-Din Rumi senang sekali
menceritakan kisah berikut ini:
Pada suatu hari Nabi Muhammad sedang bersembahyang subuh di mesjid.
Di antara orang-orang yang ikut
berdoa dengan Nabi adalah seorang pemuda Arab.
Nabi mulai membaca Qur'an dan mendaras ayat yang menyatakan perkataan Firaun:
'Aku ini dewa
yang benar.' Mendengar perkataan
itu pemuda yang baik itu tiba-tiba menjadi
marah. Ia memecah keheningan
dengan berteriak: 'Pembual busuk, bangsat dia!'
Nabi berdiam diri.
Tetapi seusai sembahyang,
orang-orang lain mencela orang
Arab itu dengan gusar: 'Apakah
engkau tidak tahu malu? Niscaya doamu tidak berkenan kepada Tuhan. Sebab,
engkau tidak hanya merusak kekhusukan suasana doa, tetapi
juga mengucapkan kata-kata kotor di
hadapan Rasul Allah.'
Wajah pemuda yang
malang itu menjadi merah padam dan ia gemetar ketakutan,
sampai-sampai Malaikat Jibrail menampakkan diri pada Nabi dan bersabda:
'Assalamuallaikum! Allah berfirman agar engkau menyuruh orang banyak
berhenti mencaci-maki pemuda yang
sederhana ini. Sungguh, sumpah serapahnya yang jujur
berkenan di hatiKu,
melebihi doa orang-orang saleh.'
Bila kita berdoa, Tuhan melihat ke dalam hati kita dan bukan pada
rumusan kata-kata.
Sumber :
(Burung
Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan
Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,
1994)